Judul tulisan di atas adalah saya kutip dari tulisan
keren tentang sakit karya Bapak GobindVashdev. Isi tulisannya dulu pernah saya baca di website www.gobindvashdev.com , tapi saya cari lagi sudah gak ada arsipnya,
mungkin sudah dihapus. Nah pas kemarin saya tanya-tanya tentang buku terbarunya
berjudul “99 Wisdom”, kapan terbitnya? Saya
juga tanya tentang tulisannya yang berjudul “Sakit Adalah Sahabat Saya”. Dan
Alhamdulillah, saya dikasih tulisannya via email.
Mengapa saya sangat tertarik dengan tulisan beliau
yang berjudul : “Sakit Adalah Sahabat Saya”. Karena menurut pendapat saya, isi
tulisannya sangat bagus, penting dan bermanfaaat banget buat orang-orang yang
sedang mengalami sakit. Dan bagus juga buat kamu........iya kamu........kamu
yang lagi membaca tulisan ini. Hahahahaaaa
J
Tulisan “Sakit
Adalah Sahabat Saya” itu ada 3 jilid, satu jilid tulisannya sekitar 1000 kata.
Memang panjang sih tulisannya, tapi tetap enak dibaca kok. Saya juga bolak balik
baca, tetap bisa menikmati tulisannya. Banyak isi tulisannya yang tidak umum
menurut kebanyakan orang. Tapi kalau dipikir-pikir, emang bener sih pendapat
beliau tentang sakit. Bahwa sakit itu bukanlah musuh manusia, sakit itu adalah
sahabat. *Untuk lebih jelasnya, saya kutip kata-kata beliau di bawa ini :
“Hampir semua orang saya pastikan
ingin menghindar dari sakit atau rasa sakit, tak perduli seberapa kecilnya
sakit itu, beberapa diantaranya mengutuk rasa itu, bila penyakit menetap di
tubuh sering kali dianggap layaknya musuh, kita berusaha dengan segala metode
menyingkirkan selekasnya.
Sakit
bukanlah petaka apalagi hukuman, sakit adalah sebuah mekanisme tubuh untuk
menggapai titik imbangnya, tidak berbeda dengan alam semesta dan semua isinya yang
selalu bergulir menuju titik keseimbangan begitu pula yang terjadi pada badan
ini. Dalam bahasa lain upaya alami dari tubuh ini disebut Homeostasis.
Sakit adalah bagaikan saudagar
kaya yang memborong hampir seluruh kesadaran akan tubuh, bagaimana tidak? Kita tiba-tiba menjadi sadar 100% mempunyai gigi, tatkala gigi meradang. Perhatian penuh
tersita oleh jantung, dikala detaknya berontak. Kita ngeh dimana letak empedu, disaat terdapat batu didalamnya.
Atau tiba-tiba kita punya waktu belajar a sampai z tentang kalori, ketika
kolestrol menggunung.
Sakit
adalah guru besar yang mengajarkan kita untuk menerima apapun yang terjadi,
termasuk kematian.Tatkala kita menyadari dan menerima keadaan yang sedang dan
akan terjadi, langkah hidup menjadi ringan.
Ada
baiknya kita melihat sakit sebagai sahabat, merangkulnya seperti memeluk
saudara kembarnya yang bernama sehat. Disaat kita mampu memeluk keduanya, disaat
itulah kesadaran sejati memeluk diri kita.”
*bersambung.........
Penulis : Dani Kaizen
Purbalingga, Minggu 22 Januari 2017, Jam 22.25 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir di blog ini dan telah membaca artikel yang saya tulis diatas. Silahkan tinggalkan jejak kamu di kotak komentar, agar saya juga bisa mampir dan membaca tulisan di blog kamu. (untuk komentar dari blog kesehatan/penjual obat, maka saya anggap SPAM)
*Salam Blogger :-)